top of page

MENGHADAPI ZAMAN BARU

Updated: Mar 6


Konferensi Meja Bundar adalah peristiwa bersejarah bagi Indonesia lepas dari cengkeraman Belanda. Berikut latar belakang, isi rumusan, dan hasil peristiwa KMB. (Foto: Noske, J.D. / Anefo via Wikimedia Commons)
Konferensi Meja Bundar adalah peristiwa bersejarah bagi Indonesia lepas dari cengkeraman Belanda. Berikut latar belakang, isi rumusan, dan hasil peristiwa KMB. (Foto: Noske, J.D. / Anefo via Wikimedia Commons)

Apabila masalah perjalanan hidup bangsa Indonesia diteropong dari pendirian sejarah perikemanusiaan, maka dapat disimpulkan, bahwa perjalanan hidup itu mempunyai corak sifat yang tampak terang bagi kita

Sejak kurang lebih tiga setengah abad berselang yakni sejak pada tahun 1596 masehi, Cornelis De Houtman mendarat di Pelabuhan Banten, maka corak sifat perjalanan hidup bangsa kita dapat dilukiskan sebagai usaha bangsa dengan segala kekuatannya serta muslihatnya untuk menemui diri pribadi. Diterjemahkan ke dalam terminologi politik dewasa ini, usaha itu adalah tidak lain dan tidak bukan perjuangan ke arah kemerdekaan seluas-luasnya. Pendapat tersebut perlu ditegaskan disini, agar dapat diinsafi secukupnya oleh khalayak ramai. 


   Tanggal 20 Mei 1908, yakni hari lahirnya perkumpulan Budi Utomo adalah suatu peristiwa yang amat penting bagi perjuangan kemerdekaan. Dengan hari yang bersejarah itu, maka pergerakan kemerdekaan dimulai lagi, setelah berpuluh-puluh tahun ia itu dihentikan. Bagaimana pun juga sifat dan tujuannya, Budi Utomo sebagai suatu organisasi kebangsaan adalah lambang kewajiban bangsa yang tidak dapat dimusnahkan oleh siapa saja. Budi Utomo adalah perintis jalan ke arah sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia yang baru dalam segala-galanya.


Perkumpulan Budi Utomo (1907)
Perkumpulan Budi Utomo (1907)

    Kita semua insaf benar, setelah Kerajaan Majapahit atas keunggulan politik Gajah Mada mendaki hingga berkedudukan sebagai suatu imperium ditengah-tengah Samudra Raya India dan Samudra Pasifik, maka kemudian kerajaan itu menjadi beku. Tidak lama lagi, maka tampaklah proses perpecahan yang semakin lama semakin mendalam dan menjalar. Baik Kerajaan Mataram maupun Cirebon dan Banten, demikian juga bagian-bagian lain dari Majapahit dahulu kala, tiada kemampuan menangkis datangnya kekuatan asing yang mulai mendesak pada saat itu. 


  Semenjak bangsa Belanda dengan tujuan memegang monopoli dalam perdagangannya dapat mengalahkan serta mendesak bangsa-bangsa sainganya seperti Portugis, Spanyol, Inggris dan sebagian besar Nusantara Indonesia. Maka dimulailah olehnya menekan bangsa Indonesia secara politis dengan berpedoman pada stelsel kolonialisme yang terkenal itu.


   Dengan proklamasi pemerintah Belanda pada 31 Januari 1874, bahwa Kerajaan Aceh dimasukkan menjadi gouvernement gebied, maka fase pertama dari politik kolonialisme itu telah berakhir. Dengan proklamasi itu, maksud politik yang ditujukan ke arah memecah belah kekuatan politik Indonesia yang selama kurang lebih satu seperempat abad oleh Belanda dikerjakan di tanah air kita itu, telah selesai. Kemudian dimulailah fase kedua, yakni suatu negara kesatuan Nederlands Indie dibawah kekuasaan dimana segenap negara-negara Indonesia asli bernaungnya, sebagai bagian-bagian yang tak mungkin dipisahkan dari perikatan politik kolonialisme itu adanya. Politik paeifieati Van Heutsz inilah yang menjadi sumber kekuasaan Nederlands pada zaman modern hingga 27 Desember 1949.


Seremoni penyerahan Kerajaan Aceh kepada Belanda (Sumber: Koninklijk Instituut voor Taal. Land en Volkenkunde)
Seremoni penyerahan Kerajaan Aceh kepada Belanda (Sumber: Koninklijk Instituut voor Taal. Land en Volkenkunde)

    Sekarang dan pada saat ini bangsa Indonesia seluruhnya berbangkit lagi, setelah gerakan rakyat dengan dipelopori oleh Budi Utomo dapat mempersiapkan diri guna menggali jalan yang menuju ke tujuan kemerdekaan lahir batin itu. Kita, bangsa Indonesia telah bangun kembali, bangun serta sadar akan segala kewajibannya dalam keadaan lain dan suasana yang lain pula. Namun, bagaimanapun juga keadaan dan suasana itu, semua adalah pengalaman yang sekarang terasa benar sebagai peristiwa-peristiwa yang menggembirakan dan kita semua yang telah siap guna mengabdikan diri kepada ibu pertiwi, dengan insaf dan sadar menuju cita-cita yang gilang-gemilang itu, yaitu membentuk bersama-sama negara Indonesia yang merdeka, berdaulat dan berbahagia. 

  

   Tidaklah sesuai lagi dengan keadaan sekarang, bangsa kita menganut suatu filsafat hidup seperti pada zaman lampau. Keadaan sekarang yang memutlakkan dinamika dalam segala-galanya, mendesak kita dengan sangat adanya aktiviteit, kecepatan tindakan, agar kita tidak terpencil di tengah-tengah dunia yang bergerak berjuang untuk menentukan nasibnya itu. Semua ini menjadi kewajiban kita utama. Kewajiban ini tidaklah timbul, oleh karena keinginan kita saja untuk hidup menurut aliran modernisme. Tidak, sama sekali tidak.


   Kewajiban ini dilimpahkan atas kedua bahu kita oleh sejarah yang menghendaki transformasi dalam susunan hidup bangsa, baik kultureel, maupun ekonomis. Terutama dalam lapangan perekonomian maka kita merasa sungguh-sungguh kemutlakan perubahan itu, disebabkan pengaruh Eropa dan Amerika sejak abad ke-19, hingga pada dewasa ini. Pengaruh tersebut yang berhubungan erat dengan susunan masyarakat negara-negara barat dan sampai pada akhir Perang Dunia II dapat menguasai seluruh dunia dengan sistem politiknya, terasa benar oleh kita, bangsa Asia umumnya bangsa Indonesia khususnya. 


   Kita mengetahui, bahwa perekonomian barat yang berakibat politik imperialisme itu tidak bersifat stabil, kita mengetahui, bahwa Perang Dunia I dan II itu pada hakikatnya adalah konsekuensi dari pada dinamika yang labil itu, akan tetapi kita mengetahui pula, bahwa mau atau tidak mau, kita terpaksa ikut guna menghindarkan bahaya yang tentu akan menentukan nasib kita, apa bila kita tidak bersedia aktif ikut serta. 


Proklamasi kemerdekaan Indonesia (1945)
Proklamasi kemerdekaan Indonesia (1945)

   Demikianlah gambaran yang didapat atas apa yang telah nyata tampak dalam pelajaran sejarah hingga berakhirnya Perang Dunia II pada 15 Agustus 1945. Pada 17 Agustus 1945, yaitu dua hari kemudian bangsa kita menyatakan lahirnya Republik Indonesia Merdeka. Bukanlah ini membuktikan seterang-terangnya, bahwa bangsa Indonesia insaf benar akan kewajiban yang oleh sejarah diserahkan pada kita untuk melanjutkan segala apa yang telah kita galang sejak 1908 itu? Dan bukankah sejarah memberi jalan juga, cara bagaimana kita harus menempuh perjuangan itu, setelah berbagai-bagai pengalaman dapat diselidiki dengan seksama?


     Berdasarkan semua itu dan beserta pedoman, bahwa kebenaran dan keadilan tentu akan membawa bangsa Indonesia kearah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mulia dan makmur maka dengan tegak dan teguh kita menghadapi zaman baru yang berada dimuka kita itu adanya.







Albaihaki Ihsan Darmanto | Jakarta Raya 22-II-2025.

5 Comments


test

Like
Replying to

Write your reply


Like

Nice Ale

Like
bottom of page