top of page

Songkok, dari identitas agama menjadi identitas nasional

Updated: Mar 6

Songkok sudah sejak lama menjadi identitas dan ciri khas agama islam, terutama di Indonesia. Namun, tidak hanya untuk agama islam, songkok juga menjadi sebuah identitas untuk bangsa ini. Bagaimana awal mula songkok yang awalnya menjadi identitas agama kini menjadi identitas nasional?


Dalam buku Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi karya G. J. Nawi, disebutkan bahwa penggunaan peci oleh tokoh nasional pertama kali terlihat pada tahun 1913. Saat itu, tiga politisi yang diasingkan di Belanda, seperti Douwes Dekker, DR. Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara diundang dalam rapat SDAP (Sociaal Democratische Arbeiders Partij) di Den Haag. DR. Tjipto merupakan tokoh nasionalis pertama yang mengenakan peci beludru hitam, sedangkan Ki Hajar Dewantara memakai topi merah Fez Turki, yang waktu itu sedang populer di kalangan nasionalis karena ada gerakan Turki Muda sekitar tahun 1908. dan Douwes Dekker tidak mengenakan tutup kepala.



Dr. Tjipto Mangunkusumo menggunakan songkok hitam.
Dr. Tjipto Mangunkusumo menggunakan songkok hitam.

Namun, Dr. Tjipto Mangunkusumo tidak memperkenalkan songkok hitam sebagai identitas bangsa. Ia hanya sekedar mengenakan saja. Penggunaan songkok sebagai identitas bangsa pertama kali digunakan oleh H.O.S. Tjokroaminoto. Ia memodifikasi topi Teng Kuluk Jawa yang biasanya digunakan oleh para bangsawan Jawa menjadi lebih pendek tanpa ada hiasan warna emas sehingga dapat digunakan oleh masyarakat biasa, terutama anggota Sarekat Islam yang tersebar diseluruh Nusantara, topi hasil modifikasi Hos Tjokroaminoto disebut dengan Kupluk, maka dari itu mendapat julukan dari kolonial Belanda sebagai De Ongekroonde Van Java yang berarti Raja Jawa Tanpa Mahkota.



H.O.S. Tjokroaminoto menggunakan songkok hitam. Terlihat songkok beliau seperti kuluk jawa yang dipotong pendek.
H.O.S. Tjokroaminoto menggunakan songkok hitam. Terlihat songkok beliau seperti kuluk jawa yang dipotong pendek.

Untuk memenuhi kebutuhan permintaan topi Songkok untuk anggota Sarekat Islam, Maka H.O.S. Tjokroaminoto mengerahkan Sarekat Islam Afdeling Gresik untuk memproduksi Topi Songkok, hingga saat ini Gresik dikenal sebagai industri Songkok terbesar di dunia.


Perjuangan penggunaan songkok hitam sebagai identitas nasional kembali dilanjutkan oleh Soekarno. Ia merupakan murid H,O.S Tjokroaminoto. Bermula pada bulan Juni 1921, Soekarno saat itu sedang menghadiri Rapat Jong Java di Surabaya. Soekarno melihat adanya perdebatan yang terjadi di antara rekan-rekannya yang mempermasalahkan pakaian yang dikenakan, mereka lebih menginginkan tampilan layaknya kaum barat yang terlihat lebih modern dan necis. Bahkan kaum intelegensia bangsa saat itu beberapa diantaranya tidak menyukai pakaian daerah seperti blangkon, sarung batik, dan iket totopong karena menurutnya itu menandakan kaum kelas bawah.


Mengutip dari Historia, Soekarno pun memecah kesunyian yang tercipta dari perdebatan antar kaum intelegensia itu dengan mengatakan:


“Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia. Peci yang memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh para buruh bangsa Melayu, adalah asli milik rakyat kita. Menurutku marilah kita tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka”




Soekarno beserta tim pembelanya sebelum pembacaan pidato "Indonesia menggugat" (Sumber: Gedung Indonesia Menggugat)
Soekarno beserta tim pembelanya sebelum pembacaan pidato "Indonesia menggugat" (Sumber: Gedung Indonesia Menggugat)

Sejak saat itulah awal mula Soekarno mempopulerkan pemakaian peci, dan ia selalu mengenakan peci hitam saat tampil di depan publik, seperti saat ia membacakan pidatonya ‘Indonesia Menggugat’ di pengadilan Landraad Bandung, 18 Agustus 1930 dan setelan serba putih khas miliknya.


Setelah ia jadi presiden pun tampilan Soekarno tetap mempertahankan peci sebagai aksesoris kepala yang selalu menempel padanya saat ia berpidato atau menghadiri agenda kenegaraan lainnya. Ia mengenakan peci hitam sebagai lambang persatuan dan kesetaraan antara pribumi dan non-pribumi. Peci juga menjadi bagian dari pakaian resmi negara, yang digunakan oleh presiden, pejabat, dan anggota DPR.





sumber:

Safitri, Amelia Ghany. 2024. Sejarah Peci, Dipakai untuk Salat Hingga Jadi Simbol Perlawanan Nasional. Detik.com. 23 Oktober 2024

Jati, Pramana. 2023. Sejarah Peci: Penutup Kepala yang Menjadi Simbol Keindonesiaan. Sediksi.com. 8 Agustus 2023

댓글


bottom of page